Maandag 29 April 2013

SEJARAH DI/TII

Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga dikenal dengan nama Darul Islam atau DI) yang artinya adalah "Rumah Islam" adalah gerakan politik yang diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 (ditulis sebagai 12 Syawal 1368 dalam kalender Hijriyah) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Diproklamirkan saat Negara Pasundan buatan belanda mengangkat Raden Aria Adipati Wiranatakoesoema sebagai presiden.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan Belanda sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya bahwa "Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam", lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa "Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Hadits". Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syari'at Islam, dan penolakan yang keras terhadap ideologi selain Alqur'an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan "hukum kafir", sesuai dalam Qur'aan Surah 5. Al-Maidah, ayat 50.
Dalam perkembangannya, DI menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama Jawa Barat (berikut dengan daerah yang berbatasan di Jawa Tengah), Sulawesi Selatan, Aceh dan Kalimantan. Setelah Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi pada 1962, gerakan ini menjadi terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam meskipun dianggap sebagai organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia.
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat ( Darul Islam/Tentara Islam Indonesia )

Bendera DI/TII.
                Pada tanggal 7 Agustus 1949 di suatu desa di Kabupaten Tasikmalaya ( Jawa Barat ). Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia. Gerakannya di namakan Darul Islam (DI) sedang tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia ( TII ). Gerakan ini dibentuk pada saat Jawa Barat di tinggal oleh Pasukan Siliwangi yang berhijrah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam Rangka melaksanakan ketentuan dalam Perundingan Renville.
                Ketika pasukan Siliwangi berhijrah, gerombolan DI/TII ini dapat leluasa melakukan gerakannya dengan membakar Rumah – Rumah Rakyat, Membongkar Rel Kereta Api, menyiksa dan merampok harta benda penduduk. Akan tetapi setelah pasukan Siliwangi mengadakan Long March kembali ke Jawa Barat, gerombolan DI/TII ini harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.
                Usaha Untuk menumpas pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :
-          Medannya berupa daerah pegunungan – pegunungan sehingga sangat mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya,
-          Pasukan Kartosuwirjo dapat bergerak dengan leluasa di Kalangan Rakyat,
-          Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda, antara lain pemilik – pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan,
-          Suasana Politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah mempersulit usaha – usaha pemulihan keamanan.
Selanjutnya dalam menghadapi aksi DI/TII pemerintah mengerahkan pasukan TNI untuk menumpas gerombolanini. Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi bersama rakyat melakukan operasi “ Pagar Betis “ dan operasi “ Bratayudha “ Pada tanggal 4 Juni 1962 Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo beserta para pengawalnya dapat ditangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi “ Bratayudha “ di Gunung Geber, daerah Majalaya, Jawa Barat. Kemudian Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo oleh Mahkamah Angkatan Darat dijatuhi hukuman mati sehingga pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dapa di padamkan.

Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah.

                Gerombolan DI/TII ini tidak hanya di Jawa Barat akan tetapi di Jawa Tengah juga muncul pemberontakan yang didalangi oleh DI/TII. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengha di bawah pimpinan Amir Fatah yang bergerak di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Dan Moh. Mahfudh Abdul Rachman ( Kiai Sumolangu ).
                Untuk menumpas pemberontakan ini pada bulan Januari 1950 pemerintah melakukan operasi kilat yang disebut “ Gerakan Banteng Negara “ ( GBN ) di bawah Letnan Kolonel Sarbini ( Selanjut – nya di ganti Letnan Kolonel M. Bachrun dan Kemudian oleh Letnan Kolonel A. Yani ). Gerakan operasi ini dengan pasukan “ Banteng Raiders “.
                Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupakan bagian dari DI/TII , yakni dilakukan oleh “ Angkatan Umat Islam ( AUI ) “ yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahudz Abdurachman yang dikenal sebagai “ Romo Pusat “ atau Kyai Somalangu. Untuk menumpas pemberontakan ini memerlukan waktu kurang lebih Tiga Bulan.
                Pemberontakan DI/TII juga terjadi di daerah Kudus dan Magelang yang dilakukan oleh Batalyon 426 yang bergabung dengan DI/TII pada bulan Desember 1951. Untuk menumpas pemberontakan ini Pemerintah melakukan “ Operasi Merdeka Timur “ yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade Pragolo.
                Pada awal tahun 1952 kekuatan Batalyon pemberontak tersebut dapat dihancurkan dan sisa – sisanya melarikan diri ke Jawa Barat.

Pemberontokan DI/TII di Aceh.

                Gerombolan DI/TII juga melakukan pemberontakan di Aceh yang dipimpin oleh Teuku Daud Beureuh. Adapun penyebab timbulnya pemberontakan DI/TII di Aceh adalah kekecewaan Daud Beureuh karena status Aceh pada tahun 1950 diturunkan dari daerah istimewa menjadi kresidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara. Pada tanggal 21 September 1953 Daud Beureuh yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur Militer menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari Negara Islam Indonesa di bawah Pimpinan Sekarmadji Maridjan Kartosuwiyo.
                Dalam menghadapi pemberontakan DI/TII di Aceh ini semula pemerintah menggunakan kekuatan senjata. Selanjutnya atas prakarsa Kolonel M. Yasin, Panglima Daerah Militer 1/Iskandar Muda, Pada tanggal 17 – 21 Desember 1962 diselenggarakan “ Mustawarah Kerukunan Rakyat Aceh “ yang mendapat dukungan tokoh – tokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan DI/TII di Aceh dapat dipadamkan.

Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

                Di Sulawesi Selatan juga timbul pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakar. Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada pemerintah agar pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ( APRIS ). Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.
                Pemerintah melakukan pendekatan kepada Kahar Muzakar dengan memberi pangkat Letnan Kolonel. Akan tetapi pada tanggal 17 Agustus 1951 Kahar Muzakar beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan dan melakukan aksi dengan melakukan teror terhadap rakyat.
                Untuk menghadapi pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan ini pemerintah melakukan Operasi Militer. Baru pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.

Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan.

                Pada bulan oktober 1950 DI/TII juga melakukan pemberontakan di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Para pemberontak melakukan pengacauan dengan menyerang pos – pos kesatuan TNI.
                Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah, akan tetapi setelah menyerah melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi. Selanjutnya pemerintah mengerahkan pasukan TNI sehingga pada akhir tahun 1959 Ibnu Hajar beserta seluruh anggota gerombolannya pun tertangkap.

Biografi Singkat 5 Pemimpin DI/TII

Sekar Marijan Kartosuwiryo (Jawa Barat)


Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya penumpasan dengan operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati 16 Agustus 1962.


Ibnu Hadjar (Kalimantan Selatan)


Ibnu Hadjar alias Haderi bin Umar alias Angli adalah seorang bekas Letnan Dua TNI yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian DI/TII Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat Yang Tertindas, Ibnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950. Untuk menumpas pemberontakan Ibnu Hajar ini pemerintah menempuh upaya damai melalui berbagai musyawarah dan operasi militer. Pada saat itu pemerintah Republik Indonesia masih memberikan kesempatan kepada Ibnu Hadjar untuk menghentikan petualangannya secara baik-baik, sehingga ia menyerahkan diri dengan kekuatan pasukan beberapa peleton dan diterima kembali ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia. Tetapi setelah menerima perlengkapan Ibnu Hadjar melarikan diri lagi dan melanjutkan pemberontakannya. Pada akhir tahun 1954, Ibnu Hajar membulatkan tekadnya untuk masuk Negara Islam. Ibnu Hajar diangkat menjadi panglima TII wilayah Kalimantan. Perbuatan ini dilakukan lebih dari satu kali sehingga akhirnya Pemerintah memutuskan untuk mengambil tindakan tegas menggempur gerombolan Ibnu Hadjar. Pada akhir tahun 1959 pasukan gerombolan Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan dan lbnu Hadjar sendiri dapat ditangkap. Gerakan perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu Hajar dan anak buahnya menyerahkan diri secara resmi dan pada bulan Maret 1965 Pengadilan Militer menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hajar.

Daud Beureueh (Jawa Tengah)


Teungku Muhammad Daud Beureu'eh (lahir di Beureu'eh, kabupaten Pidie, Aceh, 17 September 1899  meninggal di Aceh, 10 Juni 1987 pada umur 87 tahun) atau yang nama lengkapnya adalah Teungku Muhammad Daud Beureu'eh adalah mantan Gubernur Aceh, pendiri NII di Aceh dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ketika PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) didirikan untuk menentang pendudukan Belanda, Daud Beureu'eh terpilih sebagai ketuanya. Pada masa perang revolusi, Daud Beureu'eh menjabat sebagai Gubernur Militer Aceh. Sejak 21 September 1953 sampai dengan 9 Mei 1962, ia melakukan pemberontakan kepada pemerintah dengan mendirikan NII akibat ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno. Namun akhirnya ia kembali ke pangkuan Republik Indonesia setelah dibujuk kembali oleh Mohammad Natsir.

 

Kahar Muzakkar (Sulawesi Selatan)


Abdul Kahar Muzakkar (ada pula yang menuliskannya dengan nama Abdul Qahhar Mudzakkar; lahir di Lanipa, Kabupaten Luwu, 24 Maret 1921  meninggal 3 Februari 1965 pada umur 43 tahun; nama kecilnya Ladomeng) adalah seorang figur karismatik dan legendaris dari tanah Luwu, yang merupakan pendiri Tentara Islam Indonesia di Sulawesi. Ia adalah seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terakhir berpangkat Letnan Kolonel atau Overste pada masa itu. Ia tidak menyetujui kebijaksanaan pemerintahan presiden Soekarno pada masanya, sehingga balik menentang pemerintah pusat dengan mengangkat senjata. Ia dinyatakan pemerintah pusat sebagai pembangkan dan pemberontak. Pada awal tahun 1950-an ia memimpin para bekas gerilyawan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara mendirikan TII (Tentara Islam Indonesia) kemudian bergabung dengan Darul Islam (DI), hingga di kemudian hari dikenal dengan nama DI/TII di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Pada tanggal 3 Februari 1960, melalui Operasi Tumpas, ia dinyatakan tertembak mati dalam pertempuran antara pasukan TNI dari satuan Siliwangi 330 dan anggota pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo. Namun tidak pernah diperlihatkan pusaranya, mengakibatkan para bekas pengikutnya mempertanyakan kebenaran berita kejadiannya. Menurut kisah, jenazahnya dikuburkan di Kilometer 1 jalan raya Kendari,sulawesi tengara. Tapi sampai saat ini banyak yang tidak percaya atas kepergiannya karena belum ada bukti nyata tentang keberadaannya di sana.

 

Amir Fatah (Jawa Tengah)


Amir Fatah bernama lengkap Amir Fatah Wijaya Kusumah, adalah salah satu pimpinan Hizbullah Fisabilillah di daerah Besuki, Jawa Timur sebelum bergolaknya pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Ketika Perjanjian Renville ditanda tangani oleh pihak Belanda dan Indonesia, maka semua kekuatan Republik diharuskan hijrah ke Jawa Tengah, termasuk kesatuan Hizbullah dan Fisabilillah yang dipimpinnya. Pada tahun 1950, ia memproklamirkan wilayahnya merupakan bagian DI/TII Kartosuwiryo. Melalui operasi yang dilakukan oleh TNI untuk sementara waktu kekuatan mereka melemah tetapi akibat ada pembelot, kekuatan DI/TII Amir Fatah kembali kuat. Pada akhirnya pasukan Amir Fatah dapat ditaklukkan di perbatasan Pekalongan - Banyumas .
 

30 opmerkings:

  1. Itu ada kesalah. Daud beureueh sebenarnya dari aceh

    AntwoordVee uit
  2. izin share untuk tugas sekolah. terima kasih informasinya :)

    AntwoordVee uit
  3. Hidayatullah.com–Kejadian menarik ternjadi saat diskusi “Hari-hari terakhir Kartosoewirjo” di TIM, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Rabu (05/09/2012). Kala itu, pengamat sejarah Dr Muhammad Iskandar, mengatakan bila tentara DI/TII Kartosoewirjo diklaim tidak berakhlak dan berperilaku kurang Islami. Menurut Muhammad Iskandar banyak perilaku tentara Kartosoewirjo yang jauh dari akhlak Islam. Mulai dari berperilaku arogan kepada masyarakat hingga membuat air kencing disembarang tempat.

    Menurut Muhammad Iskandar, tentara Kartosoewirjo dinilai bertindak sangat kejam. “Saya sebagai salah satu penduduk desa saat itu melihat mereka berlaku arogan bahkan sampai ada kiai-kiai yang sering ditodong dan buang air (besar) di sungai,” jelas pakar sejarah dari Universitas Indonesia ini.

    Namun pendapat Dr Muhammad Iskandar ini langsung dibantah seorang peserta seminar bernama Yayan. Yayan yang sengaja datang jauh dari Tasikmalaya Jawa Barat menghadiri acara seminar ini karena ia adalah seorang anggota DI/TII. Secara gamblang ia bahkan mengakui bahwa keluarga besarnya adalah keturunan DI/TII.

    Dalam bantahannya, Yayan bercerita bahwa perilaku tentara Kartosoewirjo yang disebut Iskandar sesungguhnya bagian dari operasi inteligen.

    Menurut Yayan, Suparjo-lah yang menyusupkan banyak orang PKI kedalam tubuh DI/TII. Sejak dari situlah terbangun image penghalalan segala cara. DI/TII pecah menjadi dua di tanah Jawa. DI/TII Kartosoewirjo dan DI/TII dari operasi inteligen Suparjo. Perilaku yang dikatakan bahwa tentara DI/TII tidak berakhlak sebenarnya bukanlah tentara Kartosoewirjo. Semua itu adalah perilaku para penyusup agen Suparjo yang mengaku-ngaku anggota DI/TII.

    Menurut Yaya, TNI secara sengaja mengirimkan Danrem Suparjo. Suparjo sendiri orang TNI yang merupakan kader PKI, ia juga terlibat dalam pemberontakan PKI di Indonesia, jelas Yayan.

    “Semua itu dilakukan untuk membangun citra buruk mengenai Kartosoewirjo,” tambah Yayan yang sebelumnya juga memaparkan fakta ini di depan peserta seminar.

    Penggembosan terhadap Kartosoewirjo itu sendiri dibenarkan oleh Wibisono. Wibisono adalah seorang yang telah bekerja selama 32 tahun pada Badan Inteligen Negara (BIN). Menurut Wibisono, sosok Kartosoewirjo adalah seorang pahlawan Indonesia. Kepentingan Kartosoewirjo mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) adalah aset dari sejarah Indonesia.

    Menurut Wibisono, kala itu negara Indonesia sedang lemah. Indonesia barat, tengah dan timur sedang carut marut. Padahal kondisi Belanda saat itu sedang terdesak. Untuk menjaga beberapa kekuatan teritorial dibeberapa titik vital di Indonesia.

    Perjanjian Linggarjati, menurut Wibisono membuat daerah Indonesia hanya tersisa Jawa, Madura dan Sumatera. Sedangkan Perjanjian Renville telah membuat teritorial Indonesia di pulau Jawa hanya sebatas Jogyakarta. Untuk menjaga sisa teritorial Indonesia, maka pemerintah Indonesia berpikir untuk mengirim Lukas Kustario untuk menjaga daerah utara. Sedangkan daerah selatan justru dimandatkan ke Kartosoewirjo oleh pemerintah.

    Karenanya, cukup aneh bagi Wibisono, tiba-tiba Kartosoewirjo yang banyak jasa distigmakan seorang yang kurang baik oleh sejarah.

    “Hati-hati dalam menjelaskan sejarah, seperti Kahar Muzakar, Daud Beureuh hingga Kartosoewirjo semua itu aslinya pejuang (kemerdekaan) semua,” jelas Wibisono di depan forum seminar secara gamblang terbuka.

    Bagi Yayan dan Wibisono, pencitraan buruk yang dibangun terhadap Kartosoewirjo adalah fitnah sejarah yang harus diluruskan.

    Sarjono Kartosoewirjo, anak terbungsu Kartosoewirjo juga menguatkan pendapat-pendapat tersebut. Menurutnya, seharusnya orang-orang TNI jangan menyebarkan sejarah sepihak. Sejarah juga harus mengizinkan pihak keluarga Kartosoewirjo dan keturunan DI/TII untuk menjelaskan sudut pandang mereka. Terlebih mereka adalah bagian dari pelaku sejarah tersebut. Mereka tidak menulis dalam kepalsuan apalagi dari sebuah tulisan contekan,ujarnya.*

    AntwoordVee uit
  4. ironis sampai hari ini baik para kiyai para juru da'wah dan apalah sebutanya hampir tidak ada yang mendukung negara karuniah Allah,yang di proklamirkan oleh SMK tersebut mengapa....

    AntwoordVee uit
  5. Piye mas bro kebenaran haqiqi tidak di sukai oleh kebanyakan orang....

    AntwoordVee uit
  6. Piye mas bro kebenaran haqiqi tidak di sukai oleh kebanyakan orang....

    AntwoordVee uit
  7. ironis sampai hari ini baik para kiyai para juru da'wah dan apalah sebutanya hampir tidak ada yang mendukung negara karuniah Allah,yang di proklamirkan oleh SMK tersebut mengapa....

    AntwoordVee uit
  8. Kiayi takut miskin klu ikut jihad menegakan negara karunia alloh NII jadi lebih baik cari aman dipantat penguasa zalim.SI TUKANG JUAL AYAT2 ALLOH .DGN DAKWAH MURAHAN

    AntwoordVee uit
  9. Subhanallah...umat zaman skrng udah pada melek ama sejarah yg sebenar'e...Alhamdulillah...

    AntwoordVee uit
  10. Siap yang berkuasa dia bisa memutar balikkan sejarah membius generasi baru degn rekayasa ... kebnaran akan datang jika waktunya tiba... kalah dan menyerah itu beebeda ingatlah peejuangan mash berlanjut entah akan teejadi peeang dunia ketiga dst

    AntwoordVee uit
  11. Nisa Hunter...betul itu... generasi baru dibius dgn sejarah palsu yg merupakan tipu muslihat antek2 penjajah kafir. Semoga Allah menyegerakan janjiNYA...Aamiin...!

    AntwoordVee uit
  12. Saya berterimakasih kpd para pahlawan ini yang sudah memperjuangkan.. Indonesia dari penjajah belanda...
    Subhanalloh...

    AntwoordVee uit
  13. Itu versimu.. Nyatanya kelakuan tidak manusiawi TII/DI,ada sapi punya masyarakat di bilang ini punya Allah dll. Trus di ambil. Oleh TII!

    AntwoordVee uit
  14. Dan kemudian para DITII yg bersembunyi di gunung ciremai yang menjarah harta dan membunuh warga kuningan dan sekitarnya pada malam hari itu disebut GEROMBOLAN ingat cerita alm nenek 17 tahun silam betapa kejinya para GEROMBOLAN menjarah harta benda memaksa warga untuk mengungsi
    masya allah apakah kita yakin kita saudara..

    AntwoordVee uit
  15. singkat aja menurut saya,, sebelumnya pejung kemerdekaan mengusir penjajah, setelah merdeka,.. tdk setujuh dengan pembentukan negara dengan Pancasila dan UUD 45, mereka maunya harus berlandaskan agama islam, yaitu alquran dan hadist, itu aja menurut saya.

    AntwoordVee uit
  16. Saya jadi bingung yg komen paling atas bilang Di/TII itu ada yg buatan suparjo(pihak komunis), yg satunya pihak kartosuwiryo(islam)

    AntwoordVee uit
  17. Intinya para pemenanglah yg menuliskan sejarah dan yg kalah selalu dianggap salah, itulah konspirasi di negri ini bung

    AntwoordVee uit
  18. sejarah didunia ini yang tidak bisa dipalsukan hanyalah sejarah Nabi Muhammad saw, dan sejarah para nabi nabi yang diceritakan langsung dari nabi muhammad.

    AntwoordVee uit
  19. joico titanium | TITanium Art Gallery
    joico titanium Photo by titanium iphone case TITanium Studio and design expert Joe Titanium where is titanium found Design on top. titanium apple watch band joicotronic titanium exhaust wrap design by TITanium Studio. titanium vs stainless steel apple watch

    AntwoordVee uit